Tak bisa tertidur aku malam ini, terjagalah aku saat
mentari belum datang di sini, tiada henti pikiranku melayang memikirkan dirimu
yang nan jauh di sana.
Teringatku pada senyumanmu yang membahagiakan, kilauan
wajahmmu yang menebar sejuta rindu, mungkin.... bagi orang lain tatapanmu tiada
berarti, tetapi setidaknya sedetik saja kau menatapku, terjatuh aku dalam
naungan lembut cinta yang mematikan.
Hatimu sesuci merpati, seputih bulu domba, beberapa noda
telah terhapus, kau begitu baik, semangatmu seolah api yang takkunjung padam
tersiram dinginnya air kehidupan.
Kuingat jemarimu yang lentik memainkan sebuah gitar
merdu, ah, seaindainya aku bisa merasakan menjadi gitar tersebut, setidaknya
senyum hati yang pecah ini akan
terkembang, tiada sumbang tiap nada yang kaumainkan, seolah-olah menjadi
pikatan untuk seorang kekasih menghampirimu.
Kutahu, ini terlalu mustahil untuk kucapai, memegangmu
saja aku takmungkin, menjadi temanmu saja aku taksanggup,apalagi menjadi
seorang kekasih?
Sebuah kabar telah meremukkan hatiku bagai palu, kuharap
semua sandiwara ini akan bertahan, sekalipun kuingin kau tahu yang sebenarnya.
Takkan kulupakan dirimu my first love, cinta matiku yang
pertama, seseorang yang telah mengubah hidupku menjadi 180 derajat lebih baik
tanpa kusadari, apakah memang ini rencana Tuhan? Tetapi aku tidak akan tahan
dalam pedihnya tusukan kabar berselimut waktu yang merobek kalbuku.
Tiada insan yang sanggup menahan ini selamanya, dan tiada
lama lagi aku menahan ini semua ini, hancur sudah hatiku, tiada kenangan yang
akan tersimpan dalam benakku saat tua nanti mengenai dirimu, saat aku sudah
takpunya pesona kecantikan lagi, atau setidaknya di saat ini, di saat aku
benar-benar membutuhkanmu sebagai kekasihku.
Sampai kapan? Sampai kapan ini akan terus berlanjut tanpa
berubah oleh giringan hari yang berganti bulan, dan bulan berganti tahun.
Hingga matahari pun terbosankan oleh ini dan bulan memandangku dengan
keheranan.
Satu hal yang kuinginkan darimu, ialah selalu berada di
sisimu sebagi satu-satunya kekasih yang kaucintai dan akan selalu mencintaimu.
Sebuah kalimat sederhana yang tiada dapat kuucapkan di
hadapanmu yaitu ‘I love u’ serumit apakah tiga kata tersebut untuk diucapkan?
Ataukah lebih baik aku perumit bahasa-bahasaku yang sederhana ini untukmu,
seorang pemain gitar yang paling handal dengan sentuhan tiap nada dan sapaan
titik-titik embun pesona yang tiada terelakkan.
Dirimu bagai sebuah emas termurni yang pernah aku lihat,
tetapi tiada pernah bisa kugapai, dari sini aku hanya melihat dirimu bagaikan
sebuah titik yang amat jauh, hatimu
tiada pernah bisa kusentuh barang sedetik dan sesedikit apapun.
Entah sampai kapan aku akan mengingat dirimu? Kuharap
tidak selamanya, karena suatu saat nanti kau jelas bukan milikku dan aku bukan
orang yang akan selalu berada di sampingmu melainkan di sisi orang lain yang
nanti akan kucintai.
Tetapi kuharap setidaknya memoriku akan mengingat sedikit
tentangmu di balik kebut kalbu yang menutupinya, mengingat keceriaanmu bagai
berkas-berkas cahaya sang mentari pagi yang menghangatkan hidupku sekalipun aku
di sini adalah bumi, sebuah planet ketiga darimu, tetapi masih kurasakan
kehangatan cahayamu dari dalam sini.
Bahkan aku tidak mempunyai fotomu, tetapi gambar wajahmu
telah kubingkai dalam hatiku dengan selimut kalbu yang sejuk.....
By : Kristina
Andita Pradani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar