Jumat, 19 Oktober 2012

Mak Comblang Profesional


Mencomblangin orang, sudah biasa bagiku, kebanyakan teman-temanku yang jadian adalah berkat dari jasa “Mak Comblang” ku, nggak tau kenapa kok bisa sukses terus menerus, asyik deh rasanya.
Eits... tapi kenapa aku belum berhasil dalam mencomblangkan diriku sendiri? Ah, pertanyaan itu terus menerus berputar di kepalaku, dan hari ini adalah puncak dari kegalauanku! Yang bener aja? Masak musuhku jatuh cinta pada Reza, orang yang kucintai? Dan rasanya cintaku benar-benar bertepuk sebelah tangan!
Sebenarnya aku nggak musuhan banget sama anak yang bernama Anita itu, dan kebanyakan anak di kelasku menyembunyikan kebencian mereka pada Anita yang terlalu gimana... gitu.
Siang ini, rasanya sudah sumpek kena pelajaran, dan tiba-tiba aku nggak sengaja ngelihat kalau mereka itu duduk berduaan dempet banget! Yaampun kayak gula sama semut saja! Meskipun hatiku terbakar, tapi aku nggak ingin nyinggung perasaan siapapun, jadinya... aku pasrah deh, aku pun mengalihkan pandanganku dan melamun.
“Haaaii” Sapa Anita membuyarkan lamunanku dan nggak tau kesamber apaan minta tolong bantuanku untuk mencomblangin dia dengan orang itu, what? Nggak, bakalan deh! Nggak perlu repot-repot kalau mau nampar itu! “Em... kayaknya aku nggak bisa deh, soalnya aku masih harus fokus ujian nih” Kataku sehalus mungkin, padahal kalau bisa aku pasti sudah marah-marah di depannya “Halah, ayo ta, masak kamu nggak bisa sih?” Kata Anita memohon, tetapi, seberapapun imbalan berupa dana dan konsumsi yang dia tawarkan ke aku, akiu menolaknya dengan sehalus mungkin dan akhirnya dia menyerah.
Keesokan paginya, aku sangat nggak semangat ke sekolah, mataku merah karena menangis dan berkantung karena kurang tidur, habisnya aku belajar sambil memikirkan Reza, ah lupakan sajalah.
Dengan mata hampir tertutup dan langkah goyah, aku memasuki kelas yang ributnya luar biasa, wah, pasti ada yang spesial hari ini. Dan benar sajalah, baru sedetik di kelas, anak-anak uptudate segera saja memberi tahu status Twitter Anita yang bergalau ria, ah, sudah kutebak pasti statusnya bergalau ria. Tapi... itu bukan hanya satu-satunya kabar aneh yang kudengar, melainkan Anita juga meminta pada teman sekelasku bernama Merry untuk mencomblangin dia!
Mau jatuh rasanya aku mendengar berita itu, aku segera pergi ke tempat dudukku dan berusaha menyibukkan diri dengan tugas-tugas yang ada untuk menghindari menangis.
Hari ini, sudah gurunya nggak enak, aku terus mengetahui usaha Merry mencomblangin Anita dengan Reza, dan Anita yang tingkahnya gimana... gitu sama Reza menambah beban pikiranku.
Setelah 7 jam berada di kelas yang samasekali nggak nyaman, aku akhirnya bisa juga untuk pulang dan memuaskan diriku menangis bersama boneka anjingku.
Hari ini aku nggak belajar sama sekali karena galau, dan aku nggak tahu harus bagaimana, aku nggak mudah untuk merelakan Reza samasekali, padahal kalau kuamati sebagai mak comblang profesional, tampaknya Reza nggak ada rasa apa-apa sama aku, dan kabar baiknya dia juga nggak ada rasa sama Anita.
Hal ini nggak berlangsung sebentar lho! Sialnya hal ini terjadi sampai seminggu! Yaampun! Dan di hari yang ke sepuluh ini mataku sudah benar-benar bengkak dan belajarku nggak bisa maksimal, bahkan aku sering bolos les gara-gara tidur siang dan begadang di malam hari, andai saja ada les yang jam 10 malam gitu pasti aku ikut buat galau-galauan malam.
Hari kesepuluh dari perilaku anomali ini benar-benar menjadi hari yang sangat nggak bersemangat, bedakku tidak mampu menutupi bengkaknya mataku, hmm, jika teman-temanku menanyakan mengenai mataku, pasti aku jawab kurang tidur, tetapi nggak bakal kujawab kalau aku menangis semalaman dan hari ini saat aku menguap pun, air mata yang keluar rasanya perih seperti yang dirasakan hatiku saat melihat Anita dan Reza.
Dari kejahuan bisa kudengar suara ribut anak-anak di kelasku, wah, berisik banget? Anomali! Pasti ada sesuatu. Dan benarlah, saat aku melangkah masuk ke kelas, seisi kelas menjadi semakin ribut dan kulihat Reza nggak ada di bangkunya, ah, aku cuek saja dan melangkah ke bangkuku.
Astaga, betapa terkejutnya aku ketika aku melihat kertas putih dengan tulisan di baliknya, ah, kupikir itu hanya sampah, tapi... aku nggak tahan untuk membacanya terlebih dahulu sebelum kubuang di tempat sampah, dan ternyata... itu dari Reza! Aku pun duduk sambil terus membaca puisi romantis itu tanpa memperhatikan sekeliling.
Saat aku selesai membaca kertas itu, kupikir itu untuk Anita, tetapi seseorang di sampingku menyodorkan sebuah kertas berbentuk hati bertuliskan namaku.
Perlahan-lahan aku menoleh dan tampak wajah yang sangat familiar, Reza! Ia hanya tersenyum di sana dan menunggu jawaban dariku.
Aku hanya bisa tersenyum dan mengangguk, seraya berdiri dan memeluk hangat Reza yang diiringi sorak riuh anak-anak yang berkata “Mak comblang dapat pacar”
Thanks God


by: Kristina Andita Pradani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar