Kamis, 29 November 2012

Tempayan Retak


Seorang tukang air di India memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan, yang dibawanya menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak. Tempayan yang tidak retak selalu dapat membawa air penuh setelah perjalanan panjang dari mata air ke rumah tukang air tersebut, namun tempayan yang retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh.
Selama 2 tahun hal ini terjadi setiap hari. Si Tukang air hanya dapat membawa pulang 1,5 tempayan air ke rumah.
         Tentu saja si tempayan yang tidak retak merasa bangga akan prestasinya yang selalu dapat membawa penuh air, sebaliknya si tempayan retak yang malang itu merasa malu sekali akan ketidaksempurnaan-nya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya dapat diberikannya.
         Setelah 2 tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, si tempayan retak itu berkata pada si tukang air, “saya sungguh malu pada diri saya sendiri dan saya ingin mohon maaf padamu”.”Kenapa ?” tanya si tukang air, “Kenapa kamu merasa malu ?”. “Saya hanya mampu selama 2 tahun ini membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa, karena adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumahmu, karena cacadku ini, saya telah membuat rugi.” Kata si tempayan retak. Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak, dan dalam belas kasihannya ia berkata, “Jika kita lembali kerumah besok aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan.”
         Benar.!!! Esoknya ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan, dan itu membuatnya sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan, ia kembali merasai sedih karena separuh air yang di bawanya telah bocor, si tempayan retak itu meminta maaf lagi pada si tukang air atas kegagalannya.
         Si tukang air berkata kepada si tempayan retak “Apakah kamu memperhatikan rumahku, tanpa kamu sebagaimana kamu ada dengan cacatmu aku takkan mendapatkan bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu, sedangkan di sepanjang jalan di sisi jalan si temapayan yang tidak retak yang lain tidak terdapat bunga, itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu, dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama 2 tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga yang indah itu untuk menghias meja rumahku, tanpa kamu sebagaimana kamu ada dengan cacatmu, akau takkan dapat menghias rumahku seindah sekarang.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar