Kamis, 29 November 2012

Menerobos Lampu Merah


Dari kejauhan, lampu lalu-lintas di perempatan itu masih menyala
hijau. Jack segera menekan pedal gas kendaraannya. Ia tak mau
terlambat. Apalagi ia tahu perempatan di situ cukup padat, sehingga
lampu merah biasanya menyala cukup lama.
Kebetulan jalan di depannya agak lengang. Lampu berganti kuning. Hati
Jack berdebar berharap semoga ia bisa melewatinya segera. Tiga meter
menjelang garis jalan, lampu merah menyala. Jack bimbang, haruskah ia
berhenti atau terus saja.

"Ah, aku tak punya kesempatan untuk menginjak rem mendadak,"
pikirnya sambil terus melaju.
Prit! Di seberang jalan seorang polisi melambaikan tangan memintanya
berhenti. Jack menepikan kendaraan agak menjauh sambil mengumpat
dalam hati. Dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu. Wajahnya tak
terlalu asing.Hey, itu khan Bob, teman mainnya semasa SMA dulu. Hati Jack agak lega. Ia melompat keluar sambil membuka kedua lengannya.

"Hai, Bob. Senang sekali ketemu kamu lagi!"
"Hai, Jack." Tanpa senyum.
"Duh, sepertinya saya kena tilang nih? Saya memang agak buru-buru.
Istri saya sedang menunggu di rumah."
"Oh ya?" Tampaknya Bob agak ragu.
Nah, bagus kalau begitu. "Bob, hari ini istriku ulang tahun. Ia dan
anak-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tentu aku tidak boleh
terlambat, dong."

"Saya mengerti. Tapi, sebenarnya kami sering memperhatikanmu
melintasi lampu merah di persimpangan ini."
O-o, sepertinya tidak sesuai dengan harapan. Jack harus ganti
strategi.
"Jadi, kamu hendak menilangku? Sungguh, tadi aku tidak melewati lampu
merah. Sewaktu aku lewat lampu kuning masih menyala." ... Aha,
terkadang berdusta sedikit bisa memperlancar keadaan.

"Ayo dong Jack. Kami melihatnya dengan jelas. Tolong keluarkan
SIMmu."

Dengan ketus Jack menyerahkan SIM, lalu masuk ke dalam kendaraan dan
menutup kaca jendelanya. Sementara Bob menulis sesuatu di buku
tilangnya. Beberapa saat kemudian Bob mengetuk kaca jendela.
Jack memandangi wajah Bob dengan penuh kecewa. Dibukanya kaca jendela
itu sedikit. Ah, lima centi sudah cukup untuk memasukkan surat
tilang. Tanpa berkata-kata Bob kembali ke posnya.
Jack mengambil surat tilang yang diselipkan Bob di sela-sela kaca
jendela.

Tapi, hei apa ini. Ternyata SIMnya dikembalikan bersama sebuah nota.
Kenapa ia tidak menilangku. Lalu nota ini apa? Semacam guyonan atau
apa?

Buru-buru Jack membuka dan membaca nota yang berisi tulisan tangan
Bob.

"Halo Jack, Tahukah kamu Jack, aku dulu mempunyai seorang anak
perempuan. Sayang, ia sudah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut
menerobos lampu merah. Pengemudi itu dihukum penjara selama 3 bulan.
Begitu bebas, ia bisa bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi.
Sedangkan anak kami satu-satunya sudah tiada. Kami masih terus
berusaha dan berharap agar Tuhan berkenan mengkaruniai seorang anak
agar dapat kami peluk. Ribuan kali kami mencoba memaafkan pengemudi
itu. Betapa sulitnya. Begitu juga kali ini. Maafkan aku Jack. Doakan
agar permohonan kami terkabulkan. Berhati-hatilah. (Salam, Bob)."

Jack terhenyak. Ia segera keluar dari kendaraan mencari Bob. Namun,
Bob sudah meninggalkan pos jaganya entah ke mana. Sepanjang jalan
pulang ia mengemudi perlahan dengan hati tak tentu sambil berharap
kesalahannya dimaafkan.
Tak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang
lain. Bisa jadi suka kita tak lebih dari duka rekan kita. Hidup ini
sangat berharga, jalanilah dengan penuh hati-hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar