Mencomblangin orang, sudah
biasa bagiku, kebanyakan teman-temanku yang jadian adalah berkat dari jasa “Mak
Comblang” ku, nggak tau kenapa kok bisa sukses terus menerus, asyik deh
rasanya.
Eits... tapi kenapa aku belum
berhasil dalam mencomblangkan diriku sendiri? Ah, pertanyaan itu terus menerus
berputar di kepalaku, dan hari ini adalah puncak dari kegalauanku! Yang bener
aja? Masak musuhku jatuh cinta pada Reza, orang yang kucintai? Dan rasanya
cintaku benar-benar bertepuk sebelah tangan!
Sebenarnya aku nggak musuhan
banget sama anak yang bernama Anita itu, dan kebanyakan anak di kelasku
menyembunyikan kebencian mereka pada Anita yang terlalu gimana... gitu.
Siang ini, rasanya sudah
sumpek kena pelajaran, dan tiba-tiba aku nggak sengaja ngelihat kalau mereka
itu duduk berduaan dempet banget! Yaampun kayak gula sama semut saja! Meskipun
hatiku terbakar, tapi aku nggak ingin nyinggung perasaan siapapun, jadinya...
aku pasrah deh, aku pun mengalihkan pandanganku dan melamun.
“Haaaii” Sapa Anita
membuyarkan lamunanku dan nggak tau kesamber apaan minta tolong bantuanku untuk
mencomblangin dia dengan orang itu, what? Nggak, bakalan deh! Nggak perlu
repot-repot kalau mau nampar itu! “Em... kayaknya aku nggak bisa deh, soalnya
aku masih harus fokus ujian nih” Kataku sehalus mungkin, padahal kalau bisa aku
pasti sudah marah-marah di depannya “Halah, ayo ta, masak kamu nggak bisa sih?”
Kata Anita memohon, tetapi, seberapapun imbalan berupa dana dan konsumsi yang
dia tawarkan ke aku, akiu menolaknya dengan sehalus mungkin dan akhirnya dia
menyerah.
Keesokan paginya, aku sangat
nggak semangat ke sekolah, mataku merah karena menangis dan berkantung karena
kurang tidur, habisnya aku belajar sambil memikirkan Reza, ah lupakan sajalah.
Dengan mata hampir tertutup
dan langkah goyah, aku memasuki kelas yang ributnya luar biasa, wah, pasti ada
yang spesial hari ini. Dan benar sajalah, baru sedetik di kelas, anak-anak
uptudate segera saja memberi tahu status Twitter Anita yang bergalau ria, ah,
sudah kutebak pasti statusnya bergalau ria. Tapi... itu bukan hanya
satu-satunya kabar aneh yang kudengar, melainkan Anita juga meminta pada teman
sekelasku bernama Merry untuk mencomblangin dia!
Mau jatuh rasanya aku
mendengar berita itu, aku segera pergi ke tempat dudukku dan berusaha
menyibukkan diri dengan tugas-tugas yang ada untuk menghindari menangis.
Hari ini, sudah gurunya nggak
enak, aku terus mengetahui usaha Merry mencomblangin Anita dengan Reza, dan
Anita yang tingkahnya gimana... gitu sama Reza menambah beban pikiranku.
Setelah 7 jam berada di kelas
yang samasekali nggak nyaman, aku akhirnya bisa juga untuk pulang dan memuaskan
diriku menangis bersama boneka anjingku.
Hari ini aku nggak belajar
sama sekali karena galau, dan aku nggak tahu harus bagaimana, aku nggak mudah
untuk merelakan Reza samasekali, padahal kalau kuamati sebagai mak comblang
profesional, tampaknya Reza nggak ada rasa apa-apa sama aku, dan kabar baiknya
dia juga nggak ada rasa sama Anita.
Hal ini nggak berlangsung sebentar lho! Sialnya hal ini terjadi sampai
seminggu! Yaampun! Dan di hari yang ke sepuluh ini mataku sudah benar-benar
bengkak dan belajarku nggak bisa maksimal, bahkan aku sering bolos les
gara-gara tidur siang dan begadang di malam hari, andai saja ada les yang jam
10 malam gitu pasti aku ikut buat galau-galauan malam.
Hari kesepuluh dari perilaku anomali ini benar-benar menjadi hari yang
sangat nggak bersemangat, bedakku tidak mampu menutupi bengkaknya mataku, hmm,
jika teman-temanku menanyakan mengenai mataku, pasti aku jawab kurang tidur,
tetapi nggak bakal kujawab kalau aku menangis semalaman dan hari ini saat aku
menguap pun, air mata yang keluar rasanya perih seperti yang dirasakan hatiku
saat melihat Anita dan Reza.
Dari kejahuan bisa kudengar suara ribut anak-anak di kelasku, wah, berisik
banget? Anomali! Pasti ada sesuatu. Dan benarlah, saat aku melangkah masuk ke
kelas, seisi kelas menjadi semakin ribut dan kulihat Reza nggak ada di
bangkunya, ah, aku cuek saja dan melangkah ke bangkuku.
Astaga, betapa terkejutnya aku ketika aku melihat kertas putih dengan
tulisan di baliknya, ah, kupikir itu hanya sampah, tapi... aku nggak tahan
untuk membacanya terlebih dahulu sebelum kubuang di tempat sampah, dan
ternyata... itu dari Reza! Aku pun duduk sambil terus membaca puisi romantis
itu tanpa memperhatikan sekeliling.
Saat aku selesai membaca kertas itu, kupikir itu untuk Anita, tetapi
seseorang di sampingku menyodorkan sebuah kertas berbentuk hati bertuliskan
namaku.
Perlahan-lahan aku menoleh dan tampak wajah yang sangat familiar, Reza! Ia
hanya tersenyum di sana dan menunggu jawaban dariku.
Aku hanya bisa tersenyum dan mengangguk, seraya berdiri dan memeluk hangat
Reza yang diiringi sorak riuh anak-anak yang berkata “Mak comblang dapat pacar”
Thanks God
by: Kristina Andita Pradani