Jumat, 19 Oktober 2012

Asal Usul Ketintang


Pada zaman kejayaan Kerajaan Majapahit, Ki Wijil (nama pemberian dari seorang pembesar Majapahit) yang masih keturunan dari Empu Gandring, memasuki sebuah hutan yang terkenal sangat angker.
Selain terkenal angkernya, wilayah ini berpaya-paya dan semua orang yang berlalu lalang di kali Brantas tidak seorangpun yang tidak diganggu makhluk halus tersebut, tidak hanya hantu, melainkan banyak makhluk halus yang lebih mengerikan lagi.
Ki Wijil yang pemberani, membabat hutan untuk dijadikan pemukiman dan pusat perdagangan.
Kegiatan Ki Wijil tersebut membuat makhluk halus yang ada di sana marah dan berusaha membunuhnya, tetapi dengan kesaktiannya, Ki Wijil berhasil mengalahkan semuanya dan memindahkan mereka dari daerah tersebut.
Setelah hutan selesai dibabat, orang-orang berbondong-bondong menempati daerah yang strategis untuk berdagang tersebut, Ki Wijil membantu mereka membuat sawah dan rumah untuk tempat tinggal penduduk, seluruh penduduk tidak ada yang tidak mengenal dan merasakan kebaikan Ki Wijil.
Selain membantu penduduk sekitar, Ki Wijil sendiri mempunyai sawah yang cukup luas dan menghasilkan lebih banyak hasil yang berlimpah ruah.
Para penduduk pun merasa heran dan berbondong-bondong untuk menemui Ki Wijil.
“Kami semua heran melihat hasil pertanian Ki Wijil, apakah yang bisa membuat demikian, Ki?” Tanya salah seorang warga dari kerumunan yang berbondong-bondong tersebut “Ooo… sebenarnya aku bertani dengan cara yang sama seperti kalian, bedanya adalah, aku sudah menggunakan peralatan bertani yang dari logam sehingga aku tidak perlu bekerja terlalu keras dan hasilnya tampak” Kata Ki Wijil seraya menunjukkan alat-alat pertaniannya.
Para warga pun berantian meminjam peralatan Ki Wijil, sehingga ia sendiri tidak bisa mengerjakan sawah miliknya dan hasil pertaniannya pun menjadi tersendat-sendat, meskipun demikian, Ki Wijil merasa senang dapat membantu para warga di tempatnya.
Akhirnya, Ki Wijil pun membuat alat-alat pertanian dari logam dalam jumlah banyak, ia pun membuka usaha pandai besi dan meninggalkan sawahnya.
Usahanya tersebut menjadi usaha yang luar biasa sukses, tidak hanya dari daerah itu saja yang memesan, melainkan dari banyak daerah lain yang ikut memesan.
Banyak orang yang ingin berguru pada Ki Wijil karena kesaktiannya, Ki Wijil pun menerima mereka dengan satu syarat, yaitu apabila mereka berhasil menjadi orang yang pandai besi, mereka harus menjual murah barang-barang yang mereka hasilkan (tidak boleh banyak-banyak mengambil untung) kepada petani miskin.
Alhasil, daerah tersebut tidak pernah sunyi, siang malam selalu saja ada pandai besi yang bekerja. Bunyi thing dan thang memenuhi seluruh daerah itu, karena daerah itu belum bernama, maka dengan kesepakatan orang-orang serta Ki Wijil, daerah yang sekarang masuk dalam kecamatan Wonocolo tersebut di beri nama Ketintang.
Dengan demikian, Ki Wijil yang masih keturunan dari Empu Gandring itu adalh nenek moyang masyarakat di kelurahan Ketintang. 

1 komentar: